Setelah Jadi Ibu, Aku Baru Sadar Ternyata "Banyak Perilakuku yang Telah Menyakitinya", Menetes Air Mata Baca Kisah ini!
Saat lahir ke dunia ini, aku yang masih bayi akan selalu menangis. Menangis untuk diberikan makan, menangis untuk diperhatikan dan lain-lainnya. Namun, saat aku menangis dan berada di pelukan mama, aku pasti akan langsung diam, merasa tenang dan nyaman.
Mama selalu menggendong dan membawa diriku berjalan-jalan di sekitar rumah. Sambil menggendong, mama menyanyikan lagu hingga membuatku tertidur lelap. Setelah tertidur, dengan perlahan-lahan mama baru akan meletakkanku di atas kasur yang nyaman.
Kemudian, aku pun belajar berjalan. Ketika belajar berjalan, mama khawatir jika aku sampai terjatuh. Tapi, ia selalu berada di sampingku untuk menyemangati dan membuatku percaya diri dan akhirnya bisa berjalan.
Selang beberapa lama, pohon buah di rumahku mulai berbuah. Mama lalu menggendongku untuk memetik buah tersebut. Ketika itu, tentu saja aku sudah semakin berat, tapi mama tetap saja menggendongku dan membiarkanku untuk memetik buah yang lezat itu. Dari hal itu aku belajar, asal kamu mau bekerja keras, maka kamu akan mendapatkan buah yang manis pada akhirnya.
Setelah dewasa, aku lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Saat hendak pergi, aku selalu berkata pada mama,”Ma, sampai jumpa nanti malam ya!” Kemudian, aku pun bertemu dengan laki-laki yang aku cintai dan memutuskan untuk menikah.
Terlihat wajah mama yang begitu bahagia dan tangisan bahagianya melihat anak gadisnya sudah menikah. Sekarang aku sudah menjadi seorang istri, aku mulai menjalani kehidupan yang baru dan bersama suamiku sama-sama menjalani kehidupan berumah tangga.
Setelah menikah, aku pun memiliki anak. Saat anak perempuan pertamaku lahir, setiap harinya aku selalu berada di sampingnya. Begitu ia menangis, aku akan dengan cepat meninggalkan aktivitasku dan langsung menenangkannya berkata,”Mama di sini, jangan menangis, jangan menangis.”
Walau menjadi seorang ibu adalah pekerjaan yang saat melelahkan, tapi menjalani kehidupan baru ini aku merasa sangat bahagia. Aku akan selalu berusaha sebaik mungkin untuk menjadi seorang ibu, karena aku tahu kalau anakku membutuhkan diriku dan aku akan menjadi ‘tameng’ pelindung yang paling kuat untuknya.
Anakku pun beranjak dewasa dan tanpa terasa sudah akan segera menempuh ujian masuk universitas. Saat makan, ia begitu serius membaca buku pelajarannya. Aku pun tak berani mengganggu konsentrasinya dan kami pun makan bersama dalam kesunyian. Aku merasa hubungan kami makin lama semakin datar.
Suatu hari, anakku membawa kekasihnya ke rumah. Aku begitu senang dan sudah memasak banyak hidangan untuk mereka. Namun, mereka mengatakan mereka harus segera pergi karena telah membeli tiket nonton film. Mereka pun pergi meninggalkan aku seorang diri begitu saja.
Aku pun mulai lebih sering menjalani hari seorang diri atau diam saja di rumah. Anakku memiliki kesibukannya sendiri dan hanya tersisa aku seorang diri. Setiap kali aku melihat ke jendela pun, yang terlihat hanyalah bangunan-bangunan tinggi. Tidak ada lagi pemandangan hijau dan indah seperti dulu. Di tengah kota yang besar ini, aku hidup dalam kesepian seorang diri.
Teringat masa-masa dulu yang aku habiskan bersama mama. Aku lalu memutuskan untuk pulang kampung. Aku pun sampai di rumah tua yang dulu aku tinggali. Aku duduk di sebuah kursi dan mengingat masa-masa yang telah aku lalui bersama mama.
Ketika itu aku baru tersadar bahwa apa yang dilakukan putriku sekarang sama sepertiku dulu. Setelah beranjak dewasa malah melupakan mama. Sedangkan mama, tetap saja mencintaiku tanpa pamrih. Kalau saja bisa, aku ingin kembali menjadi seorang bayi yang terus melihat senyum di wajahmu. Masa-masa itu sungguh indah!!!
Mama selalu menggendong dan membawa diriku berjalan-jalan di sekitar rumah. Sambil menggendong, mama menyanyikan lagu hingga membuatku tertidur lelap. Setelah tertidur, dengan perlahan-lahan mama baru akan meletakkanku di atas kasur yang nyaman.
Kemudian, aku pun belajar berjalan. Ketika belajar berjalan, mama khawatir jika aku sampai terjatuh. Tapi, ia selalu berada di sampingku untuk menyemangati dan membuatku percaya diri dan akhirnya bisa berjalan.
Selang beberapa lama, pohon buah di rumahku mulai berbuah. Mama lalu menggendongku untuk memetik buah tersebut. Ketika itu, tentu saja aku sudah semakin berat, tapi mama tetap saja menggendongku dan membiarkanku untuk memetik buah yang lezat itu. Dari hal itu aku belajar, asal kamu mau bekerja keras, maka kamu akan mendapatkan buah yang manis pada akhirnya.
Setelah dewasa, aku lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Saat hendak pergi, aku selalu berkata pada mama,”Ma, sampai jumpa nanti malam ya!” Kemudian, aku pun bertemu dengan laki-laki yang aku cintai dan memutuskan untuk menikah.
Terlihat wajah mama yang begitu bahagia dan tangisan bahagianya melihat anak gadisnya sudah menikah. Sekarang aku sudah menjadi seorang istri, aku mulai menjalani kehidupan yang baru dan bersama suamiku sama-sama menjalani kehidupan berumah tangga.
Setelah menikah, aku pun memiliki anak. Saat anak perempuan pertamaku lahir, setiap harinya aku selalu berada di sampingnya. Begitu ia menangis, aku akan dengan cepat meninggalkan aktivitasku dan langsung menenangkannya berkata,”Mama di sini, jangan menangis, jangan menangis.”
Walau menjadi seorang ibu adalah pekerjaan yang saat melelahkan, tapi menjalani kehidupan baru ini aku merasa sangat bahagia. Aku akan selalu berusaha sebaik mungkin untuk menjadi seorang ibu, karena aku tahu kalau anakku membutuhkan diriku dan aku akan menjadi ‘tameng’ pelindung yang paling kuat untuknya.
Anakku pun beranjak dewasa dan tanpa terasa sudah akan segera menempuh ujian masuk universitas. Saat makan, ia begitu serius membaca buku pelajarannya. Aku pun tak berani mengganggu konsentrasinya dan kami pun makan bersama dalam kesunyian. Aku merasa hubungan kami makin lama semakin datar.
Suatu hari, anakku membawa kekasihnya ke rumah. Aku begitu senang dan sudah memasak banyak hidangan untuk mereka. Namun, mereka mengatakan mereka harus segera pergi karena telah membeli tiket nonton film. Mereka pun pergi meninggalkan aku seorang diri begitu saja.
Aku pun mulai lebih sering menjalani hari seorang diri atau diam saja di rumah. Anakku memiliki kesibukannya sendiri dan hanya tersisa aku seorang diri. Setiap kali aku melihat ke jendela pun, yang terlihat hanyalah bangunan-bangunan tinggi. Tidak ada lagi pemandangan hijau dan indah seperti dulu. Di tengah kota yang besar ini, aku hidup dalam kesepian seorang diri.
Teringat masa-masa dulu yang aku habiskan bersama mama. Aku lalu memutuskan untuk pulang kampung. Aku pun sampai di rumah tua yang dulu aku tinggali. Aku duduk di sebuah kursi dan mengingat masa-masa yang telah aku lalui bersama mama.
Ketika itu aku baru tersadar bahwa apa yang dilakukan putriku sekarang sama sepertiku dulu. Setelah beranjak dewasa malah melupakan mama. Sedangkan mama, tetap saja mencintaiku tanpa pamrih. Kalau saja bisa, aku ingin kembali menjadi seorang bayi yang terus melihat senyum di wajahmu. Masa-masa itu sungguh indah!!!
0 Response to "Setelah Jadi Ibu, Aku Baru Sadar Ternyata "Banyak Perilakuku yang Telah Menyakitinya", Menetes Air Mata Baca Kisah ini!"
Post a Comment