Ibu Menghabiskan Seumur Hidupnya Penuh Dengan “Kebohongan Pada Anak”, Namun “Alasan Dibaliknya” Akan Membuat Kamu Tak Kuasa Menahan Tangis!
Anak tak pernah menyadari bahwa semua ibu itu adalah pembohong ulung. Mereka kerap berbohong dalam berbagai hal. Sejak kita masih usia anak-anak hingga ibu sakit, dia tetap membohongi kita. Inilah daftar kebohongan yang semua ibu lakukan kepada anaknya:
1. Semasa kanak-kanak, dimana karena tak berkecukupan, dan saat anak-anak kerap tidak cukup makan, ibu pun menuangkan mangkuk nasinya untuk anak-anaknya.
“Anak-anak makanlah, ibu tidak lapar!” Kata Ibu dengan penuh kasih.
Ini adalah dusta pertama seorang ibu.
2. Saat anak-anak dalam masa pertumbuhan, ibu yang rajin kerap menggunakan waktu istirahatnya bekerja hingga larut agar bisa membelikan susu dan makanan sehat seperti ayam dan ikan untuk anak-anaknya.
Namun saat anak-anaknya makan, sang ibu duduk di samping anak-anaknya sambil tersenyum dan melihat anak-anaknya yang sedang makan. Si anak yang sayang sama ibu lalu memberikan sebagian makanannya. Tapi sang Ibu mengembalikan lagi makanan tersebut ke piring anaknya.
“Nak, makanlah, ibu tidak suka ikan!”
3. Saat duduk di bangku SMP, dimana agar bisa membayar uang sekolah anak-anak, ibu bekerja sebagai penjahit pakaian untuk menambah penghasilan keluarga di rumah.
Ketika cuaca dingin dan anak-anak terbangun tengah malam, melihat ibu yang masih sibuk bekerja, lalu berkata, “ibu, tidurlah sudah larut malam.”
Ibu pun tersenyum lembut sambil menatap anaknya dan berkata, “Nak, tidurlah, ibu tidak ngantuk.”
4. Saat ujian kelulusan di SMA, ibu selalu hadir dan berdiri di pintu gerbang sekolah memberi semangat pada anaknya.
Setiap musim panas, ibu yang bandel selalu berdiri selama ber-jam-jam di bawah terik sinar matahari, dan saat bel ujian selesai, sang Ibu langsung menghampiri dan memberikan air teh pada anaknya. Teh yang kental, sekental kasih seorang ibu. Melihat bibir ibu yang pecah-pecah dan berkeringat, si anak lalu memberikan botol minuman itu kepada ibunya.
Namun, sang ibu justeru berkata, “Nak, minumlah, ibu tidak haus.”
5. Setelah ayah meninggal, ibu pun berperan ganda sebagai ayah sekaligus ibu, merawat dan membesarkan serta membiayai sekolah anak-anaknya dengan penghasilan yang tidak seberapa, hidup dalam kegetiran yang tak berujung.
Manusia adalah insan yang berperasaan, Para tetangga menasihati ibu untuk menikah lagi, untuk apa menyiksa diri sendiri. Namun, ibu bertahan seorang diri selama bertahun-tahun, dan tetap tidak menikah. Ibu bersikukuh meski dibujuk olah tetangga baiknya, dengan alasan, saya tidak mau (nikah lagi).
6. Setelah si anak dan kakak-kakaknya lulus kuliah dan bekerja, sang ibu tetap saja bekerja menafkahi dirinya dengan menggelar lapak dagangan di sekitar pasar.
Sementara anak-anaknya yang berbakti dan bekerja di luar daerah lalu mengirimkan uang untuk ibu mereka, namun ibu mengembalikan lagi uang pemberian anak-anaknya. Sang Ibu hanya mengatakan, ibu punya uang!
7. Si anak yang tinggal di asrama sekolah dan mengajar selama dua tahun, belakangan melanjutkan studi program S3 di luar negeri, lalu tinggal di sebuah lembaga penelitian di Amerika Serikat setelah lulus dengan penghasilan dan kondisi yang sangat memuaskan.
Si anak yang menetap di luar negeri itu kemudian berencana mengajak ibunya untuk tinggal bersamanya menikmati masa senjanya, tapi ditolak dengan halus oleh sang ibu. Sang ibu mengatakan bahwa ia tidak terbiasa tinggal di luar.
8. Saat di usia senja, ibu jatuh sakit menderita kanker lambung, dan dirawat di rumah sakit, ketika anaknya yang jauh di seberang lautan pulang menjenguknya, sang ibu pun sudah sangat lemah.
Bukan main pilunya hati si anak dan meneteskan air melihat ibunya yang disiksa oleh momok penyakit yang menderanya, namun sang ibu justeru berkata, “Nak, jangan menangis, ibu tidak sakit.”
Lagi-lagi Ibu berbohong, dan ini adalah dusta ibu yang kedelapan.
Usai menghibur anaknya, ibu yang telah menghabiskan seumur hidupnya dalam “kebohongan” ini akhirnya memejamkan matanya, tidur dalam keabadian…..Selamat jalan Ibu yang mulia, semoga bunda bahagia di sana.
Sebelum terlambat ketahuilah bahwa sebenarnya ibu membohongi anak untuk kebaikan dan kebahagiaan anak. Tidak ada salahnya jika kita setidaknya memahami bagaimana perasaan sebenarnya seorang ibu. Peluklah ibumu sebelum terlambat, ucapkan terimakasih dan permintaan maaf.
Sumber: Era Baru
1. Semasa kanak-kanak, dimana karena tak berkecukupan, dan saat anak-anak kerap tidak cukup makan, ibu pun menuangkan mangkuk nasinya untuk anak-anaknya.
“Anak-anak makanlah, ibu tidak lapar!” Kata Ibu dengan penuh kasih.
Ini adalah dusta pertama seorang ibu.
2. Saat anak-anak dalam masa pertumbuhan, ibu yang rajin kerap menggunakan waktu istirahatnya bekerja hingga larut agar bisa membelikan susu dan makanan sehat seperti ayam dan ikan untuk anak-anaknya.
Namun saat anak-anaknya makan, sang ibu duduk di samping anak-anaknya sambil tersenyum dan melihat anak-anaknya yang sedang makan. Si anak yang sayang sama ibu lalu memberikan sebagian makanannya. Tapi sang Ibu mengembalikan lagi makanan tersebut ke piring anaknya.
“Nak, makanlah, ibu tidak suka ikan!”
3. Saat duduk di bangku SMP, dimana agar bisa membayar uang sekolah anak-anak, ibu bekerja sebagai penjahit pakaian untuk menambah penghasilan keluarga di rumah.
Ketika cuaca dingin dan anak-anak terbangun tengah malam, melihat ibu yang masih sibuk bekerja, lalu berkata, “ibu, tidurlah sudah larut malam.”
Ibu pun tersenyum lembut sambil menatap anaknya dan berkata, “Nak, tidurlah, ibu tidak ngantuk.”
4. Saat ujian kelulusan di SMA, ibu selalu hadir dan berdiri di pintu gerbang sekolah memberi semangat pada anaknya.
Setiap musim panas, ibu yang bandel selalu berdiri selama ber-jam-jam di bawah terik sinar matahari, dan saat bel ujian selesai, sang Ibu langsung menghampiri dan memberikan air teh pada anaknya. Teh yang kental, sekental kasih seorang ibu. Melihat bibir ibu yang pecah-pecah dan berkeringat, si anak lalu memberikan botol minuman itu kepada ibunya.
Namun, sang ibu justeru berkata, “Nak, minumlah, ibu tidak haus.”
5. Setelah ayah meninggal, ibu pun berperan ganda sebagai ayah sekaligus ibu, merawat dan membesarkan serta membiayai sekolah anak-anaknya dengan penghasilan yang tidak seberapa, hidup dalam kegetiran yang tak berujung.
Manusia adalah insan yang berperasaan, Para tetangga menasihati ibu untuk menikah lagi, untuk apa menyiksa diri sendiri. Namun, ibu bertahan seorang diri selama bertahun-tahun, dan tetap tidak menikah. Ibu bersikukuh meski dibujuk olah tetangga baiknya, dengan alasan, saya tidak mau (nikah lagi).
6. Setelah si anak dan kakak-kakaknya lulus kuliah dan bekerja, sang ibu tetap saja bekerja menafkahi dirinya dengan menggelar lapak dagangan di sekitar pasar.
Sementara anak-anaknya yang berbakti dan bekerja di luar daerah lalu mengirimkan uang untuk ibu mereka, namun ibu mengembalikan lagi uang pemberian anak-anaknya. Sang Ibu hanya mengatakan, ibu punya uang!
7. Si anak yang tinggal di asrama sekolah dan mengajar selama dua tahun, belakangan melanjutkan studi program S3 di luar negeri, lalu tinggal di sebuah lembaga penelitian di Amerika Serikat setelah lulus dengan penghasilan dan kondisi yang sangat memuaskan.
Si anak yang menetap di luar negeri itu kemudian berencana mengajak ibunya untuk tinggal bersamanya menikmati masa senjanya, tapi ditolak dengan halus oleh sang ibu. Sang ibu mengatakan bahwa ia tidak terbiasa tinggal di luar.
8. Saat di usia senja, ibu jatuh sakit menderita kanker lambung, dan dirawat di rumah sakit, ketika anaknya yang jauh di seberang lautan pulang menjenguknya, sang ibu pun sudah sangat lemah.
Bukan main pilunya hati si anak dan meneteskan air melihat ibunya yang disiksa oleh momok penyakit yang menderanya, namun sang ibu justeru berkata, “Nak, jangan menangis, ibu tidak sakit.”
Lagi-lagi Ibu berbohong, dan ini adalah dusta ibu yang kedelapan.
Usai menghibur anaknya, ibu yang telah menghabiskan seumur hidupnya dalam “kebohongan” ini akhirnya memejamkan matanya, tidur dalam keabadian…..Selamat jalan Ibu yang mulia, semoga bunda bahagia di sana.
Sebelum terlambat ketahuilah bahwa sebenarnya ibu membohongi anak untuk kebaikan dan kebahagiaan anak. Tidak ada salahnya jika kita setidaknya memahami bagaimana perasaan sebenarnya seorang ibu. Peluklah ibumu sebelum terlambat, ucapkan terimakasih dan permintaan maaf.
Sumber: Era Baru
0 Response to "Ibu Menghabiskan Seumur Hidupnya Penuh Dengan “Kebohongan Pada Anak”, Namun “Alasan Dibaliknya” Akan Membuat Kamu Tak Kuasa Menahan Tangis!"
Post a Comment