Hati-Hati, Campur Tangan Orangtua/Mertua Seperti ini, Sama dengan Menanam Bibit Penyakit di Rumah Tangga Anak!!
Menjadi orang tua harus selalu belajar untuk mendewasakan akal dan pikiran seiring bertambahnya usia. Jangan sampai sikap kurang dewasa orang tua mempengaruhi kebahagian pernikahan anak-anak mereka.
Karena ketidakbahagiaan dalam pernikahan, efeknya tidak jauh beda dengan penyakit kronis: mematikan. Bedanya, yang satu kelihatan dan yang satunya tidak.
Ketidakbahagiaan dalam pernikahan bisa bersumber dari banyak hal. Namun secara garis besar bisa dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Ketidakbahagiaan dari dalam diri sendiri
Sumber ketidakbahagiaan pernikahan yang berasal dari diri sendiri misalnya karena menikah dengan orang yang tidak dicintai & diri sendiri enggak ada usaha untuk belajar mencintai (jadi dari awal emang udah enggak sreg) atau bisa dari sikap diri sendiri yang pada dasarnya emang enggak pernah bersyukur sekalipun sudah memiliki & mendapatkan segalanya.
2. Ketidakbahagiaan yang berasal dari orang lain
Ketidakbahagiaan yang berasal dari luar diri sendiri bisa terjadi karena diri mendiamkan ketika dibully (bisa karena tidak berdaya atau yang lain) sehingga pihak ketiga pun bisa bebas semaunya. Suami suka main tangan, mertua dan ipar yang jahat, kedatangan pihak ketiga, anak yang tidak bisa diatur, adalah beberapa contoh di antaranya.
Dua penyebab di atas bisa berakibat fatal kalau dibiarkan. Bersikap seolah-olah kuat, sabar, & tabah bukanlah solusi karena pasti akan ada efeknya walau dalam bentuk tidak langsung.
Misal, seorang istri rela dan sabar diperlakukan kasar oleh suaminya. Sekilas sikap istri tersebut seolah bijak padahal ternyata ada efek negatifnya.
Atau, ketika mertua memiliki menantu laki-laki, dia berusaha menjadikan si menantu tersebut seperti dirinya dulu dan seolah enggak rela ketika menantunya bahagia bersama anaknya, ada saja hal yang diusik seperti membandingkan dengan keluarga yang lebih kaya dan lain sebagainya. Nah, bukankah ini juga tidak sehat? Bukankah banyak sekali yang semacam ini? Padahal si menantu pria enggak salah apa-apa. Dan kira-kira bagaimana perasaan orangtua si menantu pria ketika ayah mertuanya memiliki niat seperti itu walau tidak ia sadari.
Ketidakbahagiaan dalam pernikahan juga bisa membuat seseorang sangat tidak suka melihat orang lain bahagia. Seperti kata pepatah hurt people hurt people. Misal, berkata-kata pedas menyakitkan padahal orang lain enggak mengusik ketenangan hidupnya/enggak merebut suaminya:
Jika mertua/orangtua sudah seperti ini, maka bisa dihitung detik-detik kehancuran rumah tangga anaknya.
Jika disimpulkan, ketidakbahagiaan dalam pernikahan bisa membuat seorang wanita/laki-laki menyakiti orang lain selain dirinya (ingin membuat orang lain menderita seperti dirinya) atau menyakiti diri sendiri (bunuh diri atau semacamnya).
Adakah wanita/laki-laki yang tidak bahagia dalam pernikahan tapi tidak seperti itu? Kenyataannya ada jika kita mau membuka mata, sangat banyak sekali perpecahan rumah tangga hanya karena campur tangan orangtua.
Jika kita sudah tahu bahwa efek ketidakbahagiaan dalam pernikahan ini sifatnya domino banget, semoga kita memiliki usaha untuk membuat pernikahan kita bahagia sesuai dengan kondisi masing-masing. Peradaban besar dimulai dari keluarga. Yang itu artinya untuk membentuk peradaban terbaikk dibutuhkan keluarga-keluarga yang sehat mental dan jiwanya, tidak hanya penampakan fisik saja yang mentereng. Semoga kita bisa mewujudkannya demi dunia yang lebih damai. Aamiin.
Karena ketidakbahagiaan dalam pernikahan, efeknya tidak jauh beda dengan penyakit kronis: mematikan. Bedanya, yang satu kelihatan dan yang satunya tidak.
Ketidakbahagiaan dalam pernikahan bisa bersumber dari banyak hal. Namun secara garis besar bisa dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Ketidakbahagiaan dari dalam diri sendiri
Sumber ketidakbahagiaan pernikahan yang berasal dari diri sendiri misalnya karena menikah dengan orang yang tidak dicintai & diri sendiri enggak ada usaha untuk belajar mencintai (jadi dari awal emang udah enggak sreg) atau bisa dari sikap diri sendiri yang pada dasarnya emang enggak pernah bersyukur sekalipun sudah memiliki & mendapatkan segalanya.
2. Ketidakbahagiaan yang berasal dari orang lain
Ketidakbahagiaan yang berasal dari luar diri sendiri bisa terjadi karena diri mendiamkan ketika dibully (bisa karena tidak berdaya atau yang lain) sehingga pihak ketiga pun bisa bebas semaunya. Suami suka main tangan, mertua dan ipar yang jahat, kedatangan pihak ketiga, anak yang tidak bisa diatur, adalah beberapa contoh di antaranya.
Dua penyebab di atas bisa berakibat fatal kalau dibiarkan. Bersikap seolah-olah kuat, sabar, & tabah bukanlah solusi karena pasti akan ada efeknya walau dalam bentuk tidak langsung.
Misal, seorang istri rela dan sabar diperlakukan kasar oleh suaminya. Sekilas sikap istri tersebut seolah bijak padahal ternyata ada efek negatifnya.
Atau, ketika mertua memiliki menantu laki-laki, dia berusaha menjadikan si menantu tersebut seperti dirinya dulu dan seolah enggak rela ketika menantunya bahagia bersama anaknya, ada saja hal yang diusik seperti membandingkan dengan keluarga yang lebih kaya dan lain sebagainya. Nah, bukankah ini juga tidak sehat? Bukankah banyak sekali yang semacam ini? Padahal si menantu pria enggak salah apa-apa. Dan kira-kira bagaimana perasaan orangtua si menantu pria ketika ayah mertuanya memiliki niat seperti itu walau tidak ia sadari.
Ketidakbahagiaan dalam pernikahan juga bisa membuat seseorang sangat tidak suka melihat orang lain bahagia. Seperti kata pepatah hurt people hurt people. Misal, berkata-kata pedas menyakitkan padahal orang lain enggak mengusik ketenangan hidupnya/enggak merebut suaminya:
"Gitu aja dianterin, emang enggak bisa ya berangkat sendiri," padahal sejatinya dia ingin juga diperlakukan seperti itu.Atau keusilan lainnya.
"Kalau aku sih emang pekerja keras ya enggak suka nganggur. Bedalah sama kamu yang di rumah aja," padahal dia juga mau diperlakukan seperti itu.
"Kok gak hamil-hamil ya ntar suamimu nikah lagi lhoh," entah apa untungnya bilang begini. Kenapa bahagianya harus nunggu ketika perasaan orang lain hancur? Na'udzubillah.
"Kapan rumahmu kamu rehab, itu si A baru 2 tahun nikah sudah punya mobil dan rumahnya tingkatnya sudah mewah", nah bagaimana perasaan menantu laki-lakinya, padahal jika dibandingkan juga lebih banyak lelaki yang kurang beruntung dalam pekerjaanya.
"Suamimu mandul ya, kok kamu nggak hamil-hamil", padahal suaminya menyembunyikan masalah sulit hamil istrinya, karena rasa sayangnya.
Jika mertua/orangtua sudah seperti ini, maka bisa dihitung detik-detik kehancuran rumah tangga anaknya.
Jika disimpulkan, ketidakbahagiaan dalam pernikahan bisa membuat seorang wanita/laki-laki menyakiti orang lain selain dirinya (ingin membuat orang lain menderita seperti dirinya) atau menyakiti diri sendiri (bunuh diri atau semacamnya).
Adakah wanita/laki-laki yang tidak bahagia dalam pernikahan tapi tidak seperti itu? Kenyataannya ada jika kita mau membuka mata, sangat banyak sekali perpecahan rumah tangga hanya karena campur tangan orangtua.
Jika kita sudah tahu bahwa efek ketidakbahagiaan dalam pernikahan ini sifatnya domino banget, semoga kita memiliki usaha untuk membuat pernikahan kita bahagia sesuai dengan kondisi masing-masing. Peradaban besar dimulai dari keluarga. Yang itu artinya untuk membentuk peradaban terbaikk dibutuhkan keluarga-keluarga yang sehat mental dan jiwanya, tidak hanya penampakan fisik saja yang mentereng. Semoga kita bisa mewujudkannya demi dunia yang lebih damai. Aamiin.
Tepat sekali seperti apa yang saya alami. Bapak mertua ingin jadikan saya seperti yang dia mau, memaksa sesuatu yang saya tidak mau menjalaninya karna itu bukan bidang yang saya mau. Alhasil, sekarang semua sudah terlanjur berantakan. motif ekonomi jg pengaruh besar. Semoga menjadi hikmah dan pelajaran bagi semua rumahtangga. Artikel yg bermanfaat.
ReplyDeleteAlhamdulillah mertuaku ga begini.. Orang tua juga g prnh mau ikut campur urusan kita. Tp dr awal nikah aku emg udh putusin g akan mau tinggal seatap ama mertua ato ortu. Ga pgn ntr ada pihak2 yg kecewa. Mendingan pisah rumah tp hubungan baik ttp terjaga
ReplyDeleteBener banget, pqdahal sebelom nikah saya sudah punya rumah sendiri, malah suami ikut saya, tapi suami anak mama apa2 ngadu' hingga suatu saat udah nikah hamir 1 th tak ajak promil/ ke dokter chek up, bumer nyaut nikah belom 1 th sudah ribet, emang ke dokter nggk pake uang"sakit" padahal selama nikah saya masih pake uang saya sendiri, suami kerja masih Ada tanggungan,semuaoun tau, daan Sy putuskan balik cari kerja, yaah kalo itu tang dia harapkan uang Dan uang😢
ReplyDeleteSemua rmh tangga pasti merasakan hal yg sama,tergantung gimana menyikapinya
ReplyDelete